Halaman

Sabtu, 02 Februari 2013

Mahasiswa UGM Kembangkan Game Untuk Terapi Penyandang Disleksia

Yogyakarta, Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) membuat aplikasi untuk penyandang Disleksia. Disleksia merupakan kelainan neurobiologis. Mereka seringkali kesulitan mengenali kata dengan tepat dan kesulitan dalam kemampuan mengkode simbol.

Mereka berhasil membuat aplikasi Kinect-based Dyslexia Therapy. Tim ini berusaha membantu penyandang disleksia untuk memahami huruf dan melatih penggunaan otak kiri dan kanan dengan baik.

Tim yang diberi nama LexiPal ini terdiri dari 6 orang. Empat mahasiswa dari jurusan Teknik Elektro program studi Teknologi Informasi yakni Muhamad Risqi Utama Saputra, Kuntoro Adi Nugroho, Vina Sectiana Amretadewi danTaufiq Almahsyur. Sedangkan dua anggota lainnya Vremita Desectia Amretasari dari Sastra Perancis, FIB, dan Fransiska Vena dari jurusan Akuntansi FEB.

Menurut Vremita, timnya membuat aplikasi untuk menjalankan terapi Disleksia menggunakan perangkat Microsoft Kinect. Perangkat ini diperuntukan untuk mengatasi ketidakmampuan belajar penderita dalam membaca. Sebab penderita disleksia sangat sulit disembuhkan secara medis. Namun efeknya bisa diminimalisir dengan melakukan terapi.

"Umumnya anak disleksia kesulitan mengucapakan kata dan huruf," papar Risqi, Minggu (3/2/2013).

Namun bila dipaksa mengucapkan kata-kata setiap hari tentu membosankan. Akibatnya mereka cenderung emosional dan malas," katanya.

Menurut Vremita karena tidak ada penelitian resmi tentang disleksia di Indonesia, kami langsung terjun ke lapangan. Riset yang dilakukan bersama teman-teman selama lebih kurang 3 bulan.

Salah satunya dengan mengunjungi beberapa sekolah yang memiliki siswa berkebutuhan khsusus serta berkonsultasi dengan psikolog untuk mengetahui lebih jauh tentang disleksia.

"Di beberapa sekolah dasar dan sanggar belajar di Yogyakarta kami menjumpai beberapa anak-anak penderita disleksia," katanya.

Risqi menambahkan tidak ada yang berbeda dalam cara mengajar anak disleksia dengan anak normal lainnya. Model pengajaran dengan menggunakan teknologi informasi.

"Lewat aplikasi Kinect Windows presentation dikombinasikan Kinect X Box. Biaya yang kami keluarkan sekitar Rp 2,5 juta," ungkap Risqi.

Menurut Risqi dengan game tersebut akan membuat penderita lebih senang dan enjoy. Salah satu contoh fiturnya adalah Spelling/Pronouncing Game, yaitu permainan yang didesain untuk meng-encourage penyandang dislexia dalam mengucapkan suatu huruf/kata yang sulit diucapkan.

"Penyandang Dislexia akan kami minta mengucapkan huruf atau kata yang sesuai dan aplikasi akan menganalisisnya dengan bantuan speech recognition pada Kinect," kata Risqi.

Setiap kali penyandang Dislexia berhasil mengucapkan huruf atau kata tersebut dengan benar, seekor kera dalam aplikasi akan memanjat naik menuju buah pisang idamannya dan aplikasi akan memberikan sejumlah poin tertentu sebagai penghargaan atas keberhasilan dalam melakukan terapi tersebut.

"Aplikasi yang kami buat cukup unik dan inovatif dan memudahkan penderita belajar. Tim lexipal mendapat penghargaan pemenang terbaik II untuk kategori teknologi informasi dalam ajang Mandiri Young Technopreneurship yang berlangsung di Jakarta 17 Januari 2013 lalu," pungkas Risqi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar