Confirmed: Mario ke AC Milan. Dia sudah membubuhkan tanda tangan untuk kontrak senilai 17 juta Pound plus additional-fee 2.5 juta Pound.
Confirmed: Mario di Milan dengan nomer punggung yang
sama seperti di City: 45 dan bukan 9 seperti yang
digosipkan—menggantikan nomer punggung Alex Pato yang hengkang ke
Corinthians.
Confirmed: Kamis (31/1) ini, Mario akan beraksi
untuk pertama kali bersama Milan, sebuah debut dalam medium uji coba
melawan Darfo Boario, klub anggota Seri D alias level keempat di Italia.
Dan Mancini pun terguncang! Jauh lebih terguncang ketika Mario tidak
ada dalam starting-list ketika City, di luar dugaan, hanya mampu
bertarung tanpa gol melawan klub papan bawah yang terancam degradasi,
Queen Park Rangers.
Mario sudah tidak lagi bersama City, klub yang dibelanya selama dua
setengah musim, dengan total 80 caps (54 di Liga, 6 FA, 3 Piala Liga, 17
Eropa) dengan koleksi 30 gol, 23 kartu kuning, 4 kartu merah serta
masing-masing satu gelar Piala FA dan Liga Premier.
Sebuah kenyataan pahit yang membuat Mancini tercekat. “Saya tidak
ingin dia pergi. Tapi saya juga tidak punya pilihan selain membiarkan
dia pergi, pulang ke Italia. Sedih? Iya, sebab Mario pemain penting bagi
kami, terutama untuk 14 sisa pertandingan ke depan,” katanya.
Kesedihan Mancini bisa dimengerti. Dia punya perasaan kehilangan yang
teramat sangat sebab Mancini menyebut tidak pernah bosan dengan
kelakuan unik-eksentrik Mario. “Dia seperti salah satu dari anak-anak
saya. Anda bisa marah, tapi sesungguhnya dia adalah anak muda yang
indah,” sebut Mancini pula.
Mancini dan Mario memang bak ayah dan anak. Kadang cocok kadang
tidak. Saling membutuhkan tapi terkadang juga saling serang. Mancini
yang membawa Mario ke City dari Internazionale tapi Mancini pula yang
melepas Mario kembali ke tanah asalnya, Italia.
Apapun, sikap emosional Mancini mengingatkan saya ketika dia secara
tiba-tiba meninggalkan Sampdoria, hijrah ke Lazio, meninggalkan
kekecewaan yang sangat mendalam bagi public Genoa. Sampai-sampai rumah
Mancini dikirimi peti mati. Mancini lalu memasang iklan satu halaman
penuh di La gazetta dello Sport dengan tulisan: Scuza, Sampdoria! Maaf,
Sampdoria!
Well, Mario sudah bersikap. Anak muda yang akrab dengan sederet
konroversi itu sudah memilih Milan. Dia sudah pergi, meninggalkan City,
meninggalkan Manchester, dan meninggalkan Liga Premier dengan sederet
cerita.
Termasuk cerita kesedihan dari seorang Mancini untuk Mario. Tapi
hidup pun terus bergulir. Termasuk cerita kehidupan City dalam
mengarungi persaingan di Liga Premier. Dengan atau tanpa Mario, Mancini
tetap perlu fokus. Bukankah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar